Kamis, 06 Januari 2011

Jilbab, Ideologi + Fashion. Why Not?


Jilbab adalah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada. Banyak para wanita menjadikan jilbab sebagai ideologi. Karena memang  jelas sekali disebutkan dalam QS. Al-ahzab ayat 59 bahwa wanita wajib mengenakan jilbab. Karena itu tak heran banyak wanita muslim  menutup auratnya dengan jilbab. Terlepas dari lingkungan keluarga atau masyarakat serta latarbelakang pendidikan agama dan sebagainya wanita mengenakan jilbab, apabila jilbab memang dipegang sebagai ideologi maka sudah barang tentu sesuai dengan ajaran Islam.
Jilbab seiring dengan arus perkembangan zaman kini sudah menjadi hal yang tak tabu lagi. Ketika dulu khususnya di Indonesia pada masa pemerintahan Soeharto tidak diperbolehkan ada yang mengenakan jilbab, baik di kalangan pekerja maupun pelajar. Kini sudah bisa dilihat banyak para wanita yang menutup auratnya dengan jilbab. Dan tentu dengan mode dan tren yang beragam. Kalangan selebritis pun yang kita tahu kehidupan mereka sarat akan dunia gemerlap kini sebagian telah banyak yang mengenakan jilbab, karena itu jilbab telah menjadi fashion yang cukup menggiurkan. Dan hal tersebut telah seolah menjadi budaya yang telah merajalela. Banyak para wanita yang mengenakan jilbab hanya karena ingin terlihat cantik dan enak dipandang, atau sekedar memenuhi kewajiban atau peraturan yang berlaku di instansi yang mereka duduki, ketika peraturan tersebut tidak mengikat maka dilepas kembali jilbab tersebut di luar instansi pun tidak masalah, dan sebagian lainnya karena ikut-ikutan mode saja. Sangat disayangkan memang.
Hendaknya definisi jilbab itu sendiri jangan sampai di salah artikan, jilbab yang pada hakekatnya menutup aurat tapi dengan fashion maka nilai dari jilbab itu sendiri akan hilang apabila berlebihan dalam mengemas mode yang hanya mementingkan keindahan tanpa ada nilai-nilai jilbab yang sesungguhnya di dalamnya. Fakta dilapangan menyebutkan bahwa hanya segelintir para wanita mengenakan jilbab karena mereka memang faham akan hal tersebut. Dan sebagian yang lainnya adalah para wanita yang mengikuti tren dan mode jilbab yang memang menarik para wanita untuk mengenakannya dengan segala bentuk dan warna yang indah untuk dikenakan. Tidak masalah sebetulnya walaupun dengan fashion tetapi memiliki niat yang tulus untuk menegakkan syariat Islam.
Ketika melihat fenomena bahwa hanya segelintir wanita muslim yang mengenakan jilbab khususnya di Indonesia dari masa ke masa, tapi tidak dengan era globalisasi seperti sekarang ini sudah cukup banyak wanita muslim yang sadar akan kewajiban mereka untuk mengenakan jilbab. Hal tersebut merupakan kemajuan yang bagus untuk umat Islam. Akan tetapi apabila dikembalikan kepada niat masing-masing individu untuk mengenakan jilbab tentu lain persoalannya. Terlepas dari niat dan penilaian individu tersebut mengenai jilbab dan penafsiran setiap individu terhadap jilbab yang mereka kenakan sudah sesuai atau tidak dengan syariat Islam. Tentu umat muslim patut bangga dengan perkembangan tersebut. Tinggal meluruskan kembali niat mengenakan jilbab itu sendiri dan penafsiran terhadap jilbab. Karena banyak kaum wanita yang mereka yakin bahwa jilbab yang mereka kenakan sudah sesuai aturan karena menutupi kepala dan dada, tapi apabila dikenakan dengan pakaian yang ketat dan membentuk lekuk tubuh apakah itu bisa kita sebut dengan mengenakan jilbab? Jangan sampai kita menilai jilbab hanya sebagai budaya saja kita harus lebih memahami hakikat jilbab itu sendiri agar jilbab tidak hanya sebagai fashion tapi juga ideologi yang harus dipertahankan. Ainun Najib pernah berbicara tentang jilbab, dalam esainya beliau mengatakan “Jilbab memang merupakan budaya arab, tapi secara fungsional jilbab bukan hanya produk budaya tetapi juga sebagai penutup aurat wanita”.
Jilbab jangan sampai hanya dijadikan budaya dan tren yang menarik, tapi juga hiasi dengan niat yang tulus untuk memurnikan hakekat jilbab yang sesungguhnya. Jilbab sebagai ideologi harus dipertahankan tapi perkembangan zamanpun tak bisa ditepis, maka tak ada salahnya ketika ideologi itu telah tertanam maka fashion pun bisa mengikuti dengan koridor-koridor yang sesuai tanpa menghilangkan hakekat jilbab itu sendiri .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar