Dalam
Salah Asuhan Abdoel Moeis tidak lagi mengangkat tema yang terkeungkung pada
masalah adat, seperti kebanyakan novel pada zamannya seperti Azab dan Sengsara atau
Siti Nurbaya, akan tetapi yang diangkat adalah hubungan antara Timur (Hanafi)
dan Barat (Corrie). Abdoel Moeis mengangkat tema tersebut Karena ingin
mengkritik golongan terpelajar kita pada saat itu yang tak sedikit justru
melupakan bangsanya sendiri maka gambaran tokoh Hanafi pun relevan dengan
golongan terpelajar pada masa itu atau bahkan pada golongan terpelajar saat
sekarang, akan tetapi gambaran tokoh yang lain seperti Corrie justru tidak
logis.
Terlepas
dari latar belakang penerbitan Novel tersebut oleh Balai Pustaka yang pada saat
itu di monopoli oleh Pemerintah Belanda, namun secara intrinsik penggambaran
Tokoh Corrie begitu jelas terlihat adanya ketidakrelevanan, dengan budaya yang
dianutnya yaitu budaya barat, lain halnya dengan penggambaran tokoh Hanafi yang
relevan dengan kehidupan pelajar di Indonesia secara umum pada saat itu.
Corrie
(Barat) digambarkan sebagai gadis yang memiliki sikap layaknya gadis Timur,
sopan, menjaga jarak dengan lawan jenis, dan patuh terhadap norma-norma
kesopanan. Corrie dalam hal ini wanita yang keturunan Belanda merupakan tokoh
yang tidak relevan.
‘’ Tidak, hanya..
engkau bujang, aku gadis, sesama manusia kita telah menetapkan pelbagai
undang-undang
yang tidak tersurat, tapi yang harus diturut oleh sekalian manusia dengan
tertib, kalau ia hendak hidup aman di dalam pergaulan orang, yang memakai
undang-undang itu.’’ (SA: 2)
‘’…………
Apakah gunanya kita turut-turut memusingkan kepala? Aku tahu buat diriku
sendiri, meskipun esok atau lusa di kota Solok ini sudah lazim berjalan
berkeliaran memakai baju renang, aku sendiri tidak akan menyertai arus
‘mode’yang serupa itu…. ‘’ (SA: 3)
Dalam
Buku Teori Pengkajian Fiksi salah satu bentuk kerelevansian tokoh sering
dihubungkan dengan kesepertihidupan, lifelikeness.
Seorang tokoh cerita dianggap relevan bagi pembaca, kita, dan atau relevan
dengan pengalaman kehidupan kita, jika ia seperti kita, atau orang lain yang
kita ketahui.
Hanafi
sebagai pemuda pribumi yang disekolahkan bersama dengan orang Belanda,
tampaknya dapat dimaklumi apabila sikap dan perangainya menuruti tingkah laku
orang belanda akibat pengaruh lingkungan dan membentuk dirinya menjadi pemuda
yang lebih mencintai budaya yang ia adaptasikan selama ini, ia menjadi malu
menjadi warga pribumi karena dianggap rendah oleh Belanda, golongan yang selama
ini dekat dengannya. Hanafi pun menginginkan persamaan hak antara kaumpribumi
dan Belanda, karena ia tak mendapatkan itu sebagai kaum pribumi, maka ia pun ingin
hakknya disamakan dengan bangsa Eropa dan berpindah kebangsaan. Tokoh Hanafi
merupakan tokoh yang relevan.
‘’
Aku tahu
betul, bahwa aku hanyalah Bumiputera saja, Corrie! Janganlah
kau ulang-ulang juga.‘‘ (SA: 3)
‘‘ Dengan pertolongan ‘Chef‘ dikantor BB, seorang
sahabat pula dari ayahku, sudahlah aku memasukkan surat buat minta disamakan
hakku dengan orang Eropa.... (SA: 108)
Relevansi tokoh Corrie dan Hanafi terhadap kebudayaan
masing-masing terkait dengan relevan atau tidak relevannya penggambaran tokoh
keduanya mewakili budaya yang dianutnya. Hanafi sebagai orang yang
berkebangsaan Timur namun disekolahkan di sekolah Belanda maka ia pun
terpengaruhi oleh lingkungan maka ia berubah, namun ia tetap menyayangi ibunya
dan di akhir ia menitipkan pesan agar anaknya jangan seperti dirinya. Orang
yang berperilaku demikian sering kita jumpai di sekeliling kita. Di satu sisi
ia bangga dengan kebudayaan asing namun di sisi yang lain ia tak dapat
melepaskan dafrah ketimurannya yang terus mengalir. Sedangkan
tokoh Corrie tidak relevan dengan budayanya. Ia digambarkan seperti wanita
timur. Padahal kita ketahui bagaimana perbedaan wanita Timur dan Barat.
‘’
Ah, undang-undang itu, dimanakah batasnya? Bangsamu, bangsa Eropa, amat
melonggarkan pergaulan laki-laki dengan perempuan. Nyonya yang bersuami sudah
galib dibawa-bawa dan dikepit oleh seorang tuan lain, dengan tiada
undang-undang tersurat atau tidak tersurat yang melarangnya. Itu tentang
pergaulan. Ambillah pula contoh yang lain. Di tanah Arab perempuan menutup
badan sampai ke muka-muka, tapi di tanah Amerika banyak benar kota-kota ramai
di pantai laut, tempat nyonya dan tuan-tuan berkeliaran saja memakai baju
renang, sampai ke rumah-rumah minum.....‘‘ (SA: 2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar